Mengelola Lingkungan Fisik Agar Ikut Ngobrol Asyik

Sumber Foto: Dokumentasi Edukasi KAP Jaga Bersama UNICEF Indonesia, 2024
Sumber Foto: Dokumentasi Edukasi KAP Jaga Bersama UNICEF Indonesia, 2024

Mungkin terdengar aneh tapi kursi, meja, dinding, atau lingkungan fisik lain ikut “ngobrol” lho waktu kita mengedukasi orang.

Ngobrol? Emang benda-benda itu bisa bicara?

Bicara tentu saja tidak, tetapi benda-benda itu ikut mempengaruhi interaksi dan akhirnya mempengaruhi perilaku orang.

Mungkin Anda pernah mengalami kejadian berikut?

  • Orang-orang asyik ngobrol satu sama lain padahal Anda bersusah payah mengambil perhatian mereka.
  • ⁠Orang-orang diam saja, enggan bicara satu sama lain. Padahal Anda sudah mengajak mereka ngobrol.

Nah, dua kasus di atas jangan-jangan hasil pengaruh dari lingkungan fisik.

Makanya dalam metode KAP, penataan lingkungan fisik, seperti kursi, titik perhatian, jarak (antar-orang atau antara orang dengan edukator), akustik ruangan, dan lain-lain, menjadi cukup penting. Semuanya itu akan mendukung edukator, kalau ditata dengan pas. Sebaliknya, bisa mengganggu edukator kalau penataannya kurang pas.

Yang paling fanatik dengan pemikiran semacam ini adalah teori Nudge, yang fokusnya memang menata lingkungan sehingga bisa mendorong (halus) orang melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya, supaya anak sekolah mau cuci tangan pakai sabun setelah Buang Air Besar (BAB), maka dari pintu WC ada semacam jalur atau tapak-tapak menuju wastafel.

Atau, kalau kita mau membuat anak bergerak seperti olahraga loncat-loncat, maka dari pintu gerbang ke kelas, kita buat saja semacam batu-batu untuk loncatan.

Contoh lain yang biasa digunakan penganut teori itu adalah peletakan dagangan di supermarket. Dagangan-dagangan yang mau lebih laku diletakkan di depan dan sejajar mata. Lalu, kasih tanda atau simbol yang menarik. Yang tidak mau dibuat laku, ditaruh di bawah saja atau di tempat yang sulit dilihat.

Penganut teori Nudge biasanya menihilkan orang sebagai edukator. Kata mereka, cukup arsitektur perilaku saja. Cukup menata atau memodifikasi lingkungan saja.

Meski ikut memperhatikan penataan lingkungan, metode KAP mengutamakan orang sebagai edukator utama. Ngobrol itu utama. Mangan ora mangan, sing penting ngumpul. Budaya tanah air kan budaya oral. Ngobrol. Ngeriung. Ngumpul.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait