Membangun Kepercayaan Warga Untuk Pencegahan Stunting?

Membangun Kepercayaan Warga Untuk Pencegahan Stunting

“Bagaimana ya caranya agar saya dipercaya warga sehingga mereka mau mempraktikkan perilaku-perilaku cegah stunting?” tanya seorang nakes dalam suatu pelatihan KAP.

Sebetulnya, kepercayaan atau trust ini sulit dispesifikkan untuk satu isu kesehatan tertentu. Kalau ada kepercayaan, topik apapun yang disampaikan nakes, asal dalam lingkup kesehatan, akan didengar warga. Kalau belum ada kepercayaan, maka apapun yang dibicarakan nakes akan masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Trust itu fundamen hubungan pengaruhi mempengaruhi. Seorang nakes dengan keahlian tingkat tinggi (expert) tapi tidak terpercaya (dipandang tidak bermaksud baik, tidak peduli, bohong, menutup-nutupi sesuatu, ada udang dibalik batu dll,), maka warga tidak akan mengikuti saran-sarannya. Di banyak kasus, nakes yang tidak bisa dikategoerikan ahli ternyata banyak diikuti warga karena terpercaya (dipandang baik, perhatian, menyayangi dll.),

Jadi, balik ke pertanyaan nakes di atas. Pertanyaan yang lebih pas menjadi bagaimana meningkatkan kepercayaan warga pada nakes?

Jawabannya, kepercayaan itu mesti ditanam, diairi, dipupuk, dan dipelihara. Sejumlah teknik-teknik komunikasi bisa membantu. Pelatihan KAP, misalnya, biasanya menekankan teknik-teknik jangka pendek, seperti menggunakan nama lawan bicara, obrolan informal, mencari simpul, nonverbal yang nyaman, pertolongan kecil cepat, mendengarkan, dan lain-lain. Untuk membangun kepercayaan yang kuat, teknik-teknik itu mesti tulus diaplikasikan, menjadi habit yang konsisten.

Tapi apapun tekniknya, menjadi orang baik yang ringan tangan, yang berkomunikasi dengan tulus merupakan perilaku utama yang mesti ditunjukkan selalu. Bukan semata-mata demi memperoleh kepercayaan warga tapi memang itu yang perlu kita lakukan sebagai manusia.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait