Salah satu tantangan terbesar edukator kesehatan adalah saat menghadapi kelompok masyarakat yang bersikap negatif terhadap topik komunikasi yang dibawakan.
Diundang, tidak ada yang datang. Atau hanya segelintir (biasanya ibu kader).
Kalaupun datang, warga diam tidak menganggap edukator yang menyampaikan pesan. Kadang dengan celetukan-celetukan menyakitkan.
Tapi ada juga yang mencemooh. Seorang nakes bahkan pernah bercerita, pak kadesnya mengatakan, “Kalau bicara (imunisasi) MR, saya lempar ibu ke luar jendela.” Katanya, sambil merokok dan mengangkat satu kaki di kursi.
Dalam KAP model individual, warga yang memiliki sikap negatif didekati dengan teknik-teknik membangun hubungan, yang nantinya bisa membangun kepercayaan. Seperti, menggunakan nama dalam percakapan, mendengarkan, obrolan informal, bicara dengan yang tercinta, meminta nasihat dll. Kalau pun ada sedikit argumentasi, gunakan model yang harmonis, yang berbasis teknik steel manning.
Kalau dianya marah?
Ada teknik untuk menghadapi orang emosional, yang berisi: _eda hening, venting, empatik, dan klarifikasi.
Bahkan kalau pakai jurus maut sekalipun, edukator kesehatan bisa menggunakan teknik-teknik melanjutkan pembicaraan sulit yang berbasis mendengarkan dan sedikit humor.
Tapi bagaimana dengan kelompok?
Di KAP prinsipnya sama, yaitu nonkonfrontatif, indirect (tidak langsung), implisit, buat orang nyaman dulu, dan bahkan buat kelompok warga itu sendiri yang menyebut topiknya.
Operasionalisasinya ada di model KAP edukasi kelompok yang terbaru. Bagaimana detailnya, ikuti Forum Kemisan pada tanggal 16 November 2023 pukul 13.00 WIB ini.
Sumber : Forum Kemisan
Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia