Dalam Juknis Pemantauan Praktik MPASI (Makanan Pendamping ASI) anak usia 6 – 23 bulan terdapat bab tentang KAP (Komunikasi Antarpribadi). Letaknya di Bab 5. Bab sebelum BAB Penutup.
Untuk apa, ya? Kenapa ada KAP di juknis yang mengukur pemberian MPASI oleh ibu.
Jawabannya, untuk menindaklanjuti hasil pemantauan atau pengukuran.
Bila hasil menunjukkan ibu sudah beri MPASI yang pas, bagaimana mengajak mempertahankannya? Yang juga penting, kalau di bawah standar, bagaimana mengajak memperbaikinya?
Apa sampaikan apa adanya saja?
“Bu, makanan yang dikasih ke Satryo kurang proteinnya, nih.”
Sekaligus dikaitkan dengan kondisi tubuh anaknya?
“Hmm, makanya anak ibu ini stunting?”
Wah, bisa bubar jalan. Jangankan menyebut stunting, menyebut ibunya kurang memberi makanan bergizi ke anak saja sudah bisa menyinggung dan mendemotivasi.
Di sinilah, pentingnya komunikasi.
Dalam dunia ilmiah dikenal komunikasi riset (research communication), yaitu kemampuan menginterpretasikan atau menerjemahkan temuan riset yang kompleks ke dalam bahasa, format, atau konteks yang dapat dipahami awam. Komunikasi riset berbeda dengan diseminasi riset, yang sekedar memberi akses hasil riset pada publik. Nah, KAP hasil pemantauan MPASI ingin lebih jauh, yaitu mengajak orang tua mengubah perilaku.
Apapun hasil pemantauan, dalam KAP, interaksi kudu menyenangkan/akrab, saling mendengarkan/ harmonis/ apresiatif, dan mengunci komitmen. Maka itu, kader/ nakes jangan hanya berkutat pada indikator tapi pada si ibu. Tanya kabarnya, kabar keluarganya, anaknya dll. Panggil dengan namanya. Nonverbal nyaman. Kalau sama jenis kelamin, tak apa-apa sentuh lengannya. Ngobrol sebentar tentang hobi. Atau ngobrol dengan anaknya (meski sulit merespon, si ibu akan merasa senang).
Coba dengarkan pengalaman si ibu dalam menyiapkan MPASI. Jangan menghakimi atau mengritik. Atau menunjukkan kekurangan. Cobalah nyambung, kata orang kita.
Setelah tuntas mendengarkan, coba beri apresiasi. Tunjukkan kelebihan. “Ibu ini semangat sekali membuat anaknya pintar luar biasa. Sampai pergi jauh mencari ikan teri,” misalnya.
Kalau si ibu senang, pagar terbuka. Itu momen menyampaikan pesan. Sampaikan hasil dengan positif. Sampaikan penjelasan dengan bercerita agar mudah dicerna. Kalau dia suka, jangan lupa kunci komitmen. Jangan percaya jawaban “mau” karena orang Indonesia suka ga enakan.
Ini sekedar contoh salah satu cara KAP. Detail akan dibahas dalam Orientasi tools monitoring data MP-ASI kaya protein hewan di Tangerang tanggal 29 Agustus nanti.
Cat unfriendly place, 14-8-2024, RR
Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia