Edukasi TBC Di Tengah Stigma Masyarakat

Sumber Gambar: Draft Modul Edukasi TBC di Tengah Stigma
Sumber Gambar: Draft Modul Edukasi TBC di Tengah Stigma

Untuk apa menyelenggarakan edukasi pada masyarakat umum, apalagi kelompok warga yang tak ada sangkut pautnya dengan TBC? Bukan pasien TBC atau keluarganya atau kontak erat, kenapa pula mesti mendapat edukasi?

Persoalannya adalah masalah TBC tidak selalu terletak pada diri pasien, keluarganya atau kontak erat (orang yang sempat berdekatan atau seruangan dengan orang yang sakit TBC). Tidak terletak pada mereka tapi mempengaruhi perilaku mereka.

Namanya stigma, atribut negatif yang dilekatkan pada individu atau kelompok, yang menyebabkan mereka dipandang rendah atau didiskriminasi oleh masyarakat (Link BG dkk., 2020). Stigma hidup di masyarakat. Tidak tertulis dalam kitab apapun tapi hidup di masyarakat. Hidupnya pun lama, seolah tak lekang waktu karena diturunkan lintas generasi dari omongan orang ke orang.

Stigma terlihat dari dampaknya. Stigma membuat pasien, keluarganya, atau kontak erat malu, khawatir, takut, menghindar, bersembunyi, atau menutup diri. Mereka jadi enggan periksa, menyangkal status positif, tidak mau atau berhenti minum obat.

Seperti ditunjukkan Survei UNICEF Nielsen Kwartal 2 tahun 2024 banyak warga tidak menerima pasien TBC tinggal di lingkungannya. Hasil survei:

● Hanya sekitar 50% warga berkenan menerima pasien TBC tinggal di kecamatan tempat tinggalnya.
● Hanya sekitar 28% warga berkenan menerima pasien TBC tinggal sebelah rumah sebagai tetangga.

Edukasi tentang TBC diperlukan untuk membantu melunturkan stigma. Supaya warga masyarakat bersikap biasa-biasa saja terhadap pasien TBC. Tidak menjauhi apalagi menolak. Syukur-syukur, membantu dan menyemangati pasien dan keluarganya.

Edukasi perlu didesain dengan pendekatan tertentu supaya stigma tidak terpicu. Salah satu yang bisa dipertimbangkan adalah KAP, metode berbasis budaya lisan tanah air, dengan proses yang menyenangkan, harmonis/ nonkonfrontatif, apresiatif, dan partisipatif.

Saat ini, draft modul KAP yang berjudul Edukasi TBC di tengah stigma telah tersedia. Namun, masih perlu perbaikan sana sini. Karena itulah, di Forum Kemisan, Kamis 23 Januari 2025, Forum KAP ingin mengundang rekan-rekan semua memberi masukan pada draft itu.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait

Fitur Aksesibilitas