Jangan langsung tawarin solusi. Apalagi pada orang yang alergi isu tersebut.
Orang tak suka makan sayur, eh kita ajak-ajak makan sayur. Dibumbui bahaya tidak makan sayur pula. Akibatnya bisa bumerang. Orang malah semakin tidak suka dan juga tidak suka pada kita.
Makanya, sebelum ngobrol solusi, ngobrol masalah dulu.
Ngobrol masalah tidak menyinggung-nyinggung solusi. Misalnya, kalau mau edukasi makan sayur ke orang dewasa, maka ngobrol dulu:
Tentang penyakit jantung dan stroke yang semakin banyak membunuh orang Indonesia. Total sekitar 600 ribu setahun lewat gara-gara penyakit itu. Selain membunuh nyawa, penyakit-penyakit itu pun membunuh dompet, membebani keluarga, dan lain-lain. Ngobrolin juga contoh-contoh sekitar yang ada. Lalu, ceritakan bahwa penyakit-penyakit itu sebetulnya bukan penyakit tiba-tiba alias ujug-ujug.
Atau kalau ngobrol tentang penyakit dipandang tidak cocok. Ngobrol hal lain yang lebih relevan. Mungkin terkait kesehatan kulit? Mungkin kesehatan mental seperti rasa nyaman dan lain-lain?
Kalau tidak dimulai dengan masalah, kita bisa tentang harapan dulu.
Ngobrol harapan pada karir, anak-anak, masa pensiun, atau harapan-harapan lainnya.
Kalau proses ngobrolnya pas, karena menyentuh pikiran dan perasaan, harapannya orang bertanya-tanya, “Bagaimana ya cara mencegahnya?; Bagaimana ya cara supaya begitu?”
Di saat itulah, kita bisa mulai ngobrol solusi. Di sinilah ruang “menjual” gagasan makan sayur.
Meski alergi, orang tak akan menolak mentah-mentah. Kalau saat ngobrol kita mendengarkan alias nyambung, di sini dia akan membalasnya dengan mendengarkan balik.
Tapi bagaimana bila dia tidak bertanya? Apakah masih ada peluang ngobrol solusi?
Masih ada, kok.
Kitanya yang mesti memancing dan bertanya. Ada caranya kok mencegah itu semua. Mau tahu caranya? Boleh saya jelaskan?
Setelah itu, barulah kita ngobrol solusi.
Memang kurang mantap kalau kita yang bertanya (dibanding kalau orang yang bertanya karena ingin tahu). Tapi itu masih jauh lebih baik dibandingkan kita langsung “jualan” solusi kita. Apalagi kalau orang itu alergi.
Penulis: Risang Rimbatmaja, Forum KAP