Ngobrol (Edukasi) Masalah Gizi

Sumber Gambar: Gemini AI
Sumber Gambar: Gemini AI

Masalah gizi anak itu sensitif. Makanya, jangan grasak-grusuk. Jangan terburu-buru mengajak orang tua memulihkan masalah gizi. Maksud baik tidak cukup karena kan sensitif. Malah, kalau hanya modal maksud baik, khawatir back fired, jadi bumerang, atau merugikan.

Mulai dengan ngobrol akrab. Jangan langsung masuk masalah gizi anak. Ajak orang tua ngobrol topik yang disukainya. Teorinya, ngobrol asyik buat akrab. Kalau akrab, orang mudah diajak.

Sambil ngobrol, gunakan namanya sering-sering dalam percakapan agar dia merasa dihargai.

Nama kita pun perlu dikenal dan dihafal orang tua agar ngobrolnya lebih lepas. Kalau dia tidak hafal nama kita, saat ngobrol dia pasti bertanya-tanya dalam hati, ini siapa orang siapa ya namanya?

Saat ngobrol, apa yang kita lakukan?

Cukup nyambung. Nyambung itu membantu orang tua bercerita atau berpendapat lebih banyak dengan jalan bertanya-tanya pendek. Hindari 3 jangan, yaitu jangan ganti topik, jangan diamkan dan jangan menilai atau mematahkan. Kalau kita nyambung, orang tua akan senang.

Nyambungnya jangan hanya kata-kata, tapi juga mesti tanpa kata-kata (nonverbal). Karena yang menyentuh emosi, yang otentik, dan menggerakkan adalah tanpa kata-kata. Orang sedih, kesal, bahkan emosi karena nonverbal kita tidak nyambung atau bahkan kontras berbeda. Kalau si Ibu berwajah sedih tapi kita senyum-senyum, ya pantaslah ngamuk.

Setelah itu, cari jembatan menuju topik kita (ngobrol masalah). Beri kabar tentang masalah gizi yang dihadapi anaknya, tapi jangan sampai ada kesan menyalahkan orang tua.

Jangan katakan ”Anak Ibu Ida berat badannya kurang”; “Anak Ibu Ida gizi buruk”; apalagi “Anak ibu Stunting”. Yang aman, salahkan timbangan: “Timbangan Adi perlu ditambah sedikit, nih, Bu Ida.”

Begitu juga saat menjelaskan duduk perkaranya. Jangan pernah menyalahkan atau memojokkan Si Ibu. Caranya macam-macam. Boleh menyalahkan musim (“Memang musimnya ini, Bu.”). Boleh bilang si Ibu tidak sendirian (“Banyak yang mengalami, Bu.”). Boleh juga berbagi pengalaman masalah yang sama (“Sama, Bu Ida. Anak saya juga pernah timbangannya kurang.”).

Setelah masalah dipahami, diharapkan muncul pertanyaan dari orang tua untuk mengantar ngobrol solusi. “Trus, bagaimana caranya supaya timbangannya naik?” Kalau pun tidak muncul, tanyakan agar dia bicara. “Ibu mau tahu caranya supaya timbangan adik naik?”

Solusi, misal Obat Gizi, disampaikan dengan cara mudah dicerna, yaitu cerita penuh perumpamaan. Agar melekat, jangan lupa orang tua dibuat hafal pesan-pesan kunci. Pakai: repetisi, irama/ rima, elaborasi, dan visualisasi. Ajak orang tua bersenandung, misal dengan Lagu Dua mata saya: “Diremas obatnya. Dibuka bungkusnya. Tekan pakai tangan. Lalu, pindah tangan.”

Akhirnya, kalau orang tua berminat, lanjut ngobrol sepakat. Kunci komitmen dengan 3 Cek: Cek Pengetahuan, Cek Keteguhan, dan Cek Rincian. Terakhir, ajak-ajak ngobrol lagi di waktu berikutnya.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Forum KAP

Artikel Terkait

Fitur Aksesibilitas