Jurus Ganti Isi Gelas

Sumber: Pusat Pelatihan KAP Komunitas NTB
Sumber: Pusat Pelatihan KAP Komunitas NTB

“Saya sudah ajak mereka berkali-kali tapi tetap tak mau imunisasi (anak),” ujar seorang guru dalam pelatihan di Pusat Pelatihan KAP Komunitas di NTB (13/4/25). Karena berulang kali belum berhasil, dia merasa hopeless mengajak mereka kembali.

Pertanyaan pertama untuknya adalah, “Apakah Bu Guru sudah pernah bertanya-tanya pada mereka, apa latar belakang penolakannya? Apa sebabnya mereka menolak?”

Jurus Ganti Isi Gelas memandang orang yang menolak atau ragu-ragu sebagai gelas yang sudah berisi. Bukan gelas kosong. Jadi, mereka sudah memiliki suatu isi dalam kepala dan hatinya. Isi di sini bisa berupa pemahaman, sikap, persepsi, pandangan, kekhawatiran, atau ketakutan tertentu.

Saat kepala atau hati orang sudah ada isi, edukator tidak bisa langsung mengajak seperti mengisi gelas kosong. Pada gelas kosong, edukator tinggal mengisi dengan isi (pesan) yang dikehendaki. Bila gelas sudah berisi, maka menuangkan isi baru akan sia-sia karena luber dan terbuang percuma.

Orang mesti menumpahkan isi kepala/ hatinya dulu, sebelum diisi yang baru. Tahapannya:

1.⁠ ⁠Edukator bertanya-tanya dulu alasan orang menolak suatu layanan kesehatan.
2.⁠ ⁠Orang bercerita panjang lebar dan apa adanya.
3.⁠ ⁠Edukator memberi apresiasi salah satu sisi dari cerita orang yang mendasari penolakan.
4.⁠ ⁠Edukator meminta ijin menyampaikan pesan & bila diijinkan, menyampaikan pesan-pesannya.

Apresiasi disampaikan agar orang lebih terbuka mendengarkan pesan edukator. Misalnya, bila seseorang menolak setelah berdiskusi dengan suami dan suami memutuskan tak boleh, maka edukator dapat mengatakan,

“Keren lho Ibu dengan bapak berdiskusi tentang kesehatan anak. Biasanya bapak itu ga mau tahu-tahuan. Trus, Ibu mendengarkan dan mendukung bapak pula. Berarti komunikasi dalam keluarganya bagus ini.”

Namun, bagaimana bila penolakan orang-orang lumayan keras. Bahkan, berbicara pun enggan?

Nah, ini berarti gelasnya sudah berisi dan ada tutupnya pula. Di sini, edukator perlu membuka tutup terlebih dahulu. Kalau tutup gelas belum dicopot, isi tidak bisa ditumpahkan.

Caranya beragam. Dalam KAP Kelompok, ini dilakukan dengan membangun keakraban dan permainan pemanasan. Dalam KAP Kelompok berlaku aturan, sebelum orang tertawa, gembira, dan nyaman mengobrol, jangan pernah mulai menyentuh masalah atau topik pembicaraan.

Dalam KAP Perorangan, edukator dapat menerapkan satu atau beberapa teknik bangun keakraban, seperti Penggunaan nama (jurus-jurusnya seperti Menyebut nama > 5x, Gunakan nama anak, Pembicaraan arti nama), Menyelaraskan nonverbal, Obrolan informal (topik pembicaraan yang disukai orang), Cari Simpul, Pertolongan kecil cepat, Nyambung, dan lain-lain.

Singkatnya, penolakan sulit ditangani hanya dengan pesan-pesan saja, sekuat, sesering atau sebanyak apapun. Karena itu tadi, kepala hati sudah ada isinya. Untuk menggantinya dengan isi baru (pesan-pesan kesehatan), edukator perlu ajak orang membuka tutup dan menumpahkan isinya dulu.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Forum KAP

Artikel Terkait

Fitur Aksesibilitas