Harapan Publik: Edukasi Imunisasi Bagi Orang Tua

Sumber Gambar: Survei UNICEF Nielsen Quartal 4 2024
Sumber Gambar: Survei UNICEF Nielsen Quartal 4 2024

Bukan satu-dua guru yang menyampaikan harapan agar orang tua mendapat edukasi tentang imunisasi. Harapan ditujukan kepada tenaga kesehatan berlatar belakang: banyak orang tua belum paham pentingnya imunisasi.

Survei yang dilakukan UNICEF-Nielsen mengonfirmasi harapan itu. Bertanya pada 2000 responden yang tinggal di Medan, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar, lebih dari 90% warga mengatakan bahwa orang tua sangat perlu/ perlu mendapatkan edukasi imunisasi. Hanya kurang dari 2% yang mengatakan tidak perlu atau sangat tidak perlu. Sementara, sekitar 4% tidak tahu mesti menjawab apa.

Yang dimaksud dengan edukasi di sini harus dibedakan dengan “edukasi” atau “sosialisasi” yang acapkali dipraktikkan saat ini.

Edukasi yang diharapkan adalah seperti kegiatan belajar mengajar yang diampu para guru di kelas. Dengan catatan, karena belajar bersama orang dewasa, tentu saja dengan proses yang lebih partisipatif.

Tujuannya pun sama seperti tujuan setiap guru mengajar, yaitu demi meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku siswa.

Model “edukasi” yang sering berlaku saat ini tampaknya belum dipandang sebagai edukasi yang diharapkan. Contoh yang belum masuk kategori edukasi adalah:

  • Penyampaian info tertulis, poster, dan/ atau video via WA kepada para orang tua siswa seminggu atau beberapa hari sebelum penyuntikan/ pemberian imunisasi
  • Menyampaikan ceramah singkat pada siswa sesaat sebelum penyuntikan/ pemberian imunisasi diberikan

Jadi, edukasi yang diharapkan tenaga kesehatan lakukan pada orang tua siswa adalah:

  • Edukasi untuk edukasi, yang tidak terkait dengan penyuntikan/ pemberian imunisasi
  • Jauh-jauh hari dari tanggal penyuntikan/ pemberian imunisasi atau tidak dikaitkan sama sekali

Dengan demikian, orang tua dapat lebih nyaman mengikuti sesi edukasi, tidak merasa didesak-desak sehingga dapat mempertimbangkan dan memutuskan lebih baik.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait

Fitur Aksesibilitas