Theory of Planned Behaviour (TPB) untuk Desain Pesan: Variabel #1 Sikap

Sumber Gambar : Adaptasi dari www.melinakmiller.com/theory-of-planned-behavior-purchase-intentions
Sumber Gambar : Adaptasi dari www.melinakmiller.com/theory-of-planned-behavior-purchase-intentions

1 dari 3 variabel independen dalam TPB (Theory of Planned Behaviour/ teori perilaku yang direncanakan) adalah sikap. Sikap dipandang bertanggung jawab bagi munculnya perilaku tertentu.

Sikap di sini bukan sikap baik hati, tolong-menolong, lembut atau lainnya tapi percaya atau tidak seseorang pada konsekuensi suatu perilaku (beliefs) dan apakah konsekuensi itu dipandang penting bagi dirinya (evaluation). TPB mengasumsikan individu rasional: berpikir, memilih demi memperoleh sesuatu.

Contoh: seorang bumil percaya minum TTD (Tablet Tambah Darah) bisa menambah darah. Karena memandang dia tidak kurang darah, maka dia memandang TTD tak penting, bahkan berbahaya karena bisa membuat tekanan darah tinggi karena darah bertambah. Karena sikap negatif ini, bumil itu enggan meminum TTD.

Memang tak sejalan ilmu kesehatan tapi sikap adalah wilayah kewenangan orang, yang bebas menentukan. Orang membentuk sikap dari berbagai hal, termasuk pesan yang ditangkap dari beragam sumber, interpretasi, atau bahkan pemaknaan berbeda (counter reading). Sikap bumil di atas adalah hasil interpretasi lugu pada kepanjangan TTD (= tablet untuk menambah darah)

Memahami sikap khalayak penting untuk merumuskan pesan apa yang sebaiknya disampaikan. Hindari menyampaikan deretan manfaat atau risiko secara mentah-mentah, meskipun ilmiah. Takutnya, Jaka sembung main golok, alias tidak nyambung, mpok!

Seperti contoh di atas, bumil enggan minum TTD untuk hindari darah tinggi, apakah nyambung kalau menyampaikan manfaat TTD berikut:

1. Memperkuat plasenta rahim
2. Mencegah anemia pada bayi
3. Mengurangi risiko pendarahan saat persalinan

Pahami sikap dulu, kemudian pikirkan rumusan pesan dan taktik menyampaikannya.

Apakah mau konfrontatif/ korektif? Mengatakan bahwa persepsi itu salah. Yang benar bukan volume darahnya bertambah tapi sel darahnya. Kemudian, sampaikan sel darah merah fungsinya ini itu.

Atau mau bersikap apresiatif dulu, baru sampaikan pesan lebih tepat? “Wah, ibu hati-hati sekali dengan dede bayi di perut, ya. Bagus itu bu. Masa di kandungan itu memang menentukan sekali kecerdasan anak kita nanti.” Lalu, minta ijin meluruskan maksud tambah darah (sel darah merah).

Atau mau fokus pada manfaat lain yang lebih menarik dan penting bagi ibu hamil? Misalnya, bagaimana TTD dapat membuat persalinan lancar atau otak anak jadi pintar.

Nah, di sini kita bicara taktik komunikasi yang perlu pertimbangan di luar teori TPB.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait