Perilaku Sehat Saling Bersaing

Perilaku Sehat Saling Bersaing

Bukan karena disengaja tapi edukasi kesehatan kadang menghasilkan sikap-sikap yang saling bersaing. Orang tua yang tidak imunisasi anak mengatakan bayi saya ASI Eksklusif saja. Orang tua yang tidak beri anaknya vitamin A mengatakan yang penting makanan dan minuman bergizi.

Tidak disengajakan begitu tapi desain edukasi kesehatan yang sendiri-sendiri dan parsial memang berisiko menghasilkan sikap-sikap saling bersaing. Karena dengan model begitu, pesan yang disampaikan memang menekankan pentingnya suatu perilaku kesehatan secara mandiri tanpa melihat kaitannya dengan perilaku lain. Masalahnya, outcome yang diklaim acapkali sama.

ASI Eksklusif agar bayi lebih kebal penyakit. Demikian juga imunisasi. Juga vitamin A. Juga cuci tangan pakai sabun. Menimbang teratur di Posyandu. Dan lain sebagainya.

Akibatnya, perilaku-perilaku kesehatan menjadi menu untuk dipilih ketimbang set perilaku yang saling terpadu.

Jadi tidak bisa juga kita menyalahkan warga bersikap pilah pilih.

Agar warga memandang perilaku-perilaku kesehatan sebagai set terpadu, saling melengkapi, dan menguatkan pada tujuan yang sama, kita perlu menimbang kembali model solois yang jumawa seperti sekarang.

Salah satunya adalah mengenalkan kerangka perilaku sehat. Namanya kerangka maka isinya bukan satu perilaku saja tapi sejumlah perilaku kunci yang terpadu.

Harapannya, warga paham di mana posisi perilaku-perilaku sehat, yang saling menguatkan (bukan menggantikan – substitutif).

ASI Eksklusif penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh namun ada penyakit-penyakit berbahaya yang sangat mudah menular sehingga perlu imunisasi.

Bukan saling menggantikan tapi saling menguatkan.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait