“Posternya sudah diujicoba?”
“Oh, tentu sudah. Sebelum finalisasi, kami sudah kumpulkan warga, buat FGD, lalu kami lempar sejumlah pertanyaan, seperti apakah poster ini menarik? Apakah pesan dalam poster mudah dipahami? Apakah ada hal yang menyinggung dalam poster ini? Apakah poster memotivasi Anda untuk mengubah perilaku? Dan lain-lain.”
Tantangannya begini.
Kalau ditanya oleh nakes atau pihak eksternal apakah medianya bagus, kebanyakan warga cenderung enggan mengatakan hal yang negatif dan sebaliknya, cenderung mengatakan yang positif. Bukan hendak menipu tapi ini sopan santun berkomunikasi dalam konteks umum.
Lalu, bagaimana mendapatkan umpan balik yang lebih otentik?
Field experiment atau eksperimen lapangan bisa mendapatkan hal yang lebih objektif.
Pasang poster-poster itu di lokasi sesuai rencana nantinya. Lalu, osbervasi bagaimana tanggapan alami khalayak sasaran.
Jangan kaget bila yang paling krusial bukanlah seberapa lengkap atau banyak informasi tapi menarik perhatian orang. Membuat orang yang sedang berjalan di Puskesmas berhenti sejenak untuk menyimak sebentar saja. Jangan berharap berhenti semenit 5 menit, 10 detik saja sudah bagus banget.
Pengalaman menguji coba beragam versi poster MMS (Multi Micronutrient Supplement, pengganti TTD – Tablet Tambah Darah) di sejumlah Puskesmas, mendapatkan 15 orang berhenti menyimak poster dalam sehari di satu Puskesmas merupakan sudah capaian luar biasa. Dalam sekian hari ujicoba, lebih sering mendapatkan sekitar 5 orang.
Bukan hanya mengamati poster yang diujicoba, dalam kesempatan yang sama kami bertanya-tanya pada sejumlah pengunjung tentang poster-poster lain yang terpasang.
Ada seorang nenek yang tiap bulan datang ke Puskesmas dalam beberapa tahun belakangan. Datangnya ke poli yang sama dan dari kursi menunggu, di depannya akan terlihat poster diare yang cukup besar. Saat ditanya, apakah ybs pernah membaca poster itu? Belau mengatakan pernah. Saat ditanya, tentang apa dan apa isinya? Beliau tidak bisa menjawab.
Tidak mudah ternyata.
Tapi kalau melihat pengalaman khalayak sasaran di lapangan, maka yang paling krusial adalah menarik perhatian. Membuat khalayak sasaran berhenti sejenak untuk menyimak pesan poster.
Jangan berharap perhatian yang diberikan berlangsung lama. Makanya, jangan terlalu banyak mengisi poster dengan pesan ini itu. Cukup yang sangat penting dan menggugah saja. Sehingga ruang yang terbanyak justru digunakan untuk menarik perhatian. Karena itu yang paling penting.
Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia