Ujicoba Metode Perubahan Perilaku

Sumber Foto: Dokumentasi Uji Coba Modul Komunikasi Imunisasi HPV, UNICEF Indonesia
Sumber Foto: Dokumentasi Uji Coba Modul Komunikasi Imunisasi HPV, UNICEF Indonesia

Bila suatu metode perubahan perilaku diuji coba di lapangan oleh Si Penyusun dan berhasil mengubah perilaku warga, apakah bisa disimpulkan metode efektif & siap digunakan secara luas?

Belum tentu.

Suatu metode dikatakan efektif bila diterapkan oleh komunikator sesungguhnya. Bila komunikatornya adalah kader Posyandu, merekalah patokannya. Bukan Si Penyusun, karena dia mungkin memiliki kapasitas berbeda.

Ibarat sebilah pedang sakti, jangan-jangan bukan karena pedangnya tapi karena kelihaian pemegangnya. Jadi, ujicoba tadi sebetulnya memiliki rumus:

Metode + kapasitas si pembuat = hasil efektif

Untuk memastikan metode efektif di tangan komunikator lapangan, diperlukan ujicoba kedua.

Bila metode itu belum dikenal sama sekali, ujicoba diawali dengan ToC (Training of Communicator). Penyusun metode melatih beragam kelompok komunikator lapangan lalu para komunikator lapangan mencoba di lapangan lalu kita lihat hasilnya.

Bila dasar-dasar metode sudah dikuasai komunikator lapangan, penyusun metode cukup memberikan modul untuk diujicoba oleh komunikator lapangan.

Bila komunikator bisa lancar menerapkan dan membawa hasil (perubahan perilaku), apakah dapat dikatakan metode itu efektif dan siap digunakan secara meluas?

Pada kasus kebanyakan, jawabannya belum tentu.

Karena yang melatih adalah Si Penyusun, yang lagi-lagi, mungkin memiliki kapasitas berbeda dengan para pelatih pada umumnya. Jangan-jangan kalau dilatih pelatih pada umumnya, komunikator lapangan belum tentu menunjukkan hasil yang diharapkan.

Karena itu, perlu ujicoba berikutnya yang dimulai dengan ToT (Training of Trainer). Para pelatih yang akan melatih komunikator lapangan dilatih terlebih dahulu. Bila mereka dapat melatih komunikator lapangan sehingga komunikator lapangan berhasil mencapai target, maka metode itu lebih meyakinkan efektivitasnya.

Panjang ya prosesnya?

Apalagi dari setiap ujicoba metode mesti direvisi-revisi berdasarkan hasil pembelajaran lapangan.

Panjang tapi lebih panjang urusannya bila kekurangan-kekurangan metode baru diketahui saat tengah diimplementasikan.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait