Sesi belajar teori perubahan perilaku sudah membahas 2 teori dasar. Pertama, teori yang memandang orang-perorangan berubah perilakunya demi tujuan atau manfaat tertentu (TPB – The Planned Behaviour). Teori ini berguna dalam merumuskan masalah komunikasi, penyusunan pesan, menentukan ragam khalayak, dan desain kegiatan. Yang kedua, teori yang melihat perubahan perilaku sebagai proses bertahap, bukan dari tidak melakukan lalu berubah menjadi melakukan (TTM – The Transtheoritical Model). Teori ini berguna untuk mengidentifikasi masalah komunikasi dan pesan serta kegiatan intervensi yang sesuai.
Teori berikutnya yang akan dibahas adalah FBM atau Fogg Behaviour Model. Fokus FBM adalah membentuk habit atau kebiasaan. Dalam FBM (terkesan) bahwa merubah perilaku mudah dan tantangan sebenarnya adalah membentuk kebiasaan. Membuat orang mulai berolahraga sih mudah. Tinggal naikin motivasi saja. Namun, membuat orang membiasakannya ada hal lain.
Kebiasaan bagi FBM itu bukan sekedar perilaku yang dilakukan secara rutin atau berkala. Setiap hari 30 menit melakukan aktivitas fisik, dua minggu sekali berenang atau lainnya. Namun, perilaku itu mesti muncul tanpa memandang ada atau tidaknya motivasi. Yang dimaksud motivasi di sini seperti tekad menurunkan berat badan, mencegah PTM (Penyakit Tidak Menular), menambah teman, dan lain-lain.
Jadi, kalau sudah menjadi kebiasaan, maka dalam keadaan apapun (motivasi tinggi atau rendah), perilaku itu tetap berlangsung. Kurang lebih, seperti auto pilot. Pada saat itu, orang pun sudah lupa apa tujuannya melakukan suatu perilaku. Padanan dalam teori TTM adalah tahap terakhir, terminasi.
Seperti kalau seorang muslim ditanya, “Untuk apa sih kamu solat?”
Kalau dia tampak bingung menjawab pertanyaan atau berusaha keras berpikir apa sebetulnya tujuannya, maka itu tanda dia sudah masuk di tingkat kebiasaan. Tujuan sudah lupa atau tidak diharapkan lagi. Melakukan ya melakukan saja. Otomatis.
Dalam kesehatan masyarakat, membentuk kebiasaan menjadi penting mengingat banyak perilaku sehat yang mesti dilakukan bukan sekali dua kali atau sesaat tapi jangka panjang atau bahkan seumur hidup. Minum Suplemen Mikro Nutrien (MMS), calon pengganti Tablet Tambah Darah, bukan sekali dua kali tapi setidaknya 180 hari bagi ibu hamil. Minum obat TBC malah lebih lama lagi. Untuk yang sensitif obat TBC, perlu 6 bulan. Yang resisten obat TBC, bisa sampai dua tahun (catatan: kalau obat versi baru berlaku, durasi akan jauh lebih lebih singkat). Bahkan, olahraga, makan bergizi seimbang, tidur cukup, dan lain-lain, mesti seumur hidup.
Kalau mengandalkan motivasi, repot. Motivasi itu kan turun naik. Kalau mengandalkan teman atau pendamping, juga repot. Seperti anak yang bangun hanya kalau dibangunkan orang tuanya, maka kalau tidak ada orang tua, bablas lanjut tidur tidurnya.
Bagaimana rumus FBM dalam membentuk kebiasaan? Nah, ini kita bahas di sesi #3 di Selasa berikut. Sampai jumpa!
Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia