Setelah berlangsung 5 hari, ToT KAP Imunisasi ke-9 di Kota Jayapura ditutup resmi di Hari Jumat (8/3/24). Besoknya (9/3/24), pagi-pagi, WAG diramaikan aksi alumni.
Jam 9.00 pagi Pak Kuwadi, yang juga dosen Akademi Perawat, berbagi cerita melatih teknik-teknik KAP pada mahasiswa-mahasiswanya. Bukan acara khusus yang berjam-jam tapi lebih memanfaatkan waktu yang ada untuk mengenalkan teknik-teknik dasar.
Setengah jam kemudian, Bu Rachma dan Pak Yasman di WAG menceritakan praktiknya saat Pertemuan Penguatan Petugas Juru Imunisasi Kota Jayapura. Lagi-lagi, sesi melatih teknik-teknik KAP menumpang pada pertemuan yang ada.
Besoknya, Hari Minggu (10/3/24), Bu Erna berbagi kegiatan Pelatihan KAP bersama 12 orang kader-kader Posyandu Mawar Merah di Bumi Wonorejo Kabupaten Nabire. Pelatihan KAP diselipkan dalam kegiatan pertemuan kader yang sudah direncanakan sebelumnya.
Di total, dalam 2 hari terjadi 5 aksi alumni. Bentuknya, kegiatan pelatihan KAP maupun edukasi ke masyarakat langsung. Rekor baru!
Alumni Jayapura yang berasal dari sejumlah 6 kota kabupaten di Papua memang sangat bersemangat. Ini faktor utama yang bisa menjelaskan aksi cepat mereka. Faktor pendukung, kalau pun perlu disinggung, adalah pendekatan KAP yang ikut membantu. Seperti:
Pertama, tidak kaku alias cair mengikuti ruang waktu. Kalau kata Bruce Lee, jadilah air. Kalau ditaruh di gelas, bentuknya jadi gelas. Kalau di cangkir, airnya jadi cangkir.
Edukasi atau pelatihan KAP didesain bukan sebagai kegiatan mandiri alias stand alone, yang eksklusif. Namun, bisa selap selip, numpang, atau mendukung kegiatan yang ada.
Kedua, mengutamakan hubungan, proses menyenangkan, apresiatif, harmonis, dan nonkonfrontatif. KAP tidak ingin membuat warga sebel karena sikapnya dikoreksi langsung atau cemberut karena tidak dilibatkan atau ngantuk karena membosankan. KAP ingin pertemuan warga berlangsung hepi-hepi. Connect before content. Konten edukasi belakangan saja setelah bangun hubungan yang akrab dan menyenangkan. Karena di situ letaknya trust.
Dalam edukasi kelompok, tahap pertama adalah membuat warga tertawa gembira dan bisa asyik mengobrol satu sama lain. Tahap kedua, belajar tapi kebanyakan bermain. Ketiga, kunci komitmen, khususnya kalau telah muncul kemauan. KPI-nya utamanya: RO alias Repeat Order.
Kalau warga bilang, “Bulan depan bertemu lagi, ya!” atau bertanya, “Kapan kita buat pertemuan seperti ini lagi?”, maka itu adalah hasil tertinggi.
Tidak perlu bicara tentang perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku dulu. Seperti anak sekolah, yang utama adalah semangat konsisten datang untuk belajar. Hasil sih nanti datang dengan sendiri.
Kalau warga senang, nakes pun akan senang. Dalam edukasi dan persuasi, rasa senang itu penting.
Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia