Tenaga promkes itu sejatinya mengedukasi bukan menjual. Nama organisasinya saja Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarat Indonesia. Bukan perkumpulan penjual.
Penjual itu membawa dan menawarkan barang atau layanan tertentu saat bertemu dengan konsumen. Datang ke sekolah-sekolah membawa vaksin dan mengajak siswi diimunisasi HPV.
Sementara, edukasi tidak membawa dan menawarkan sesuatu. Datang ke sekolah-sekolah, mengajak siswa-siswi belajar tentang penyakit-penyakit berbahaya, termasuk kanker serviks yang setiap hari membunuh perempuan Indonesia. Lalu, belajar tentang cara-cara mencegahnya, termasuk imunisasi. Belajar.
Tidak ada barang atau layanan yang disodorkan.
Saat menjual, targetnya adalah sebarapa laku layanan atau barang yang dijual. Sementara, target edukasi adalah pemahaman dan penerimaan gagasan. Dan proses edukasinya sendiri, seberapa senang siswa-siswi mengikuti sesi edukasi.
Saat menjual, penjual hanya fokus pada barang atau layanannya. Yang dia punya itu kecap nomor 1. Yang terbaik. Yang lain bukan.
Saat mengedukasi, edukator berusaha menguatkan pemahaman se-komprehensif mungkin. Ada berbagai cara mencegah anak mudah sakit-sakitan. Gizinya mesti seimbang. Di bawah 6 bulan, ASI Saja, emaknya mesti cuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting, Vitamin A penting, imunisasi penting untuk mencegah penyakit-penyakit yang berbahaya itu, dan lain-lain.
Semestinya edukasi dilakukan terlebih dahulu sebelum menjual. Apalagi bila yang dijual adalah barang atau layanan baru. Jualan nyamuk, misalnya. Warga kan tidak pernah tahu-tahuan ada nyamuk baik yang bisa “diadu” dengan nyamuk pembawa DBD. Maka tak heran, ada penolakan.
Tapi siapa pun, termasuk kita, akan cenderung menolak bila disodorkan barang atau layanan baru yang tidak pernah kita dengar. Ada rasa curiga. Sekumpulan data, bukti, hasil riset yang dikemas cantik juga dicurigai hanya pembenaran untuk jualan. Dicari-cari saja. Namanya juga jualan.
Edukasi mesti dilakukan sebelum menjual. Mesti ada rentang waktu antara keduanya. Karena warga kan perlu mencerna, berpikir, dan menimbang-nimbang dulu. Bahkan perlu ngobrol-ngobrol dulu dengan keluarga atau tetangganya.
Balik ke tenaga promkes. Jadi, tugas utama mereka adalah mengedukasi. Tapi saat ini sering juga diajak jualan. Atau bahkan jadi pemadam kebakaran, yaitu ketika muncul masalah seperti penolakan-penolakan di kelompok warga. Tugas yang lebih berat.
Sebagai bagian dari tim kesehatan, tugas tidak boleh ditolak. Tugas jualan atau pemadam kebakaran wajib dijalankan. Tapi, supaya tujuan program kesehatan tercapai, ada baiknya peran edukasi-nya juga dimaksimalkan.
Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia