Survei UNICEF Nielsen Kwartal 4 tahun 2024 mencoba mencari tahu apa yang dipikirkan publik tentang penyakit berbahaya bagi anak balita. Khususnya, penyakit yang membunuh paling banyak anak balita.
Dari 2000 responden yang berdomisili di Medan, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar, diperoleh diare sebagai penyakit yang paling banyak disebut (42%), diikuti DBD (19%), demam tinggi (15%), Polio (6%), dll.
Yang menarik, sekitar 42% dari warga yang tinggal di daerah survei mengatakan tidak tahu.
Pola jawaban yang diperoleh cenderung menunjukkan pemahaman publik yang belum kuat. Penyakit berbahaya yang paling banyak diketahui terbatas pada diare. Pneumonia/ radang paru hanya disebut sekitar 6% warga di wilayah survei. Padahal, kenyataannya, pneumonia termasuk dua besar penyakit pembunuh balita terbanyak.
Bila tidak tahu, tingkat kewaspadaan otomatis menjadi rendah. Padahal, untuk penyakit-penyakit akut, seperti diare dan pneumonia, deteksi dini atau aksi cepat merupakan kunci. Kecepatan orang tua dalam mengambil aksi sangat menentukan.
Bila tidak tahu, orang kurang berminat mengambil tindakan pencegahan, seperti imunisasi. Padahal, pneumonia atau diare termasuk dalam PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), yang imunisasinya sendiri sudah tersedia. Gratis pula.
Ketidaktahuan adalah masalah. Tahu-tahu, sudah terlambat.
Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia