Komunikasi Kader: Pindah Meja, Pindah Bahasa

Komunikasi Kader Pindah Meja, Pindah Bahasa

“Ibu, ini anaknya kurang gizi. Ayo, makan makanan bergizi macam ikan, telur, sayur supaya anaknya tidak kurang gizi lagi.”

Demikian, menurut seorang kader di meja 4, cara menyuluh ibu balita setelah anak ditimbang dan dicatat di meja 3.

Hasil timbang memang menunjukkan anaknya gizi kurang (dibilang kurang gizi) tapi apakah berarti kader meja 4 mesti mengatakan apa adanya?

Misalnya, ditemukan anak stunting, maka si Ibu mengatakan “Jadi anak ibu ini stunting, maka….”

Kira-kira, bagaimana perasaan Si Ibu?

Bayangkan kalau anak kita sendiri disebut stunting.

Kita mesti belajar mana bahasa “dapur” dan mana bahasa “pasar”. Bahasa “dapur” digunakan kalangan internal-teknis-program. Bahasa “pasar” untuk khalayak yang hendak dipersuasi.

Bahasa “dapur” tidak selalu sama dengan bahasa “pasar”. Patokan ” bahasa dapur” adalah kajian ilmiah, (efisiensi) program, hukum dll. Patokan bahasa “pasar” adalah penerima pesan. Apakah mudah mereka memahaminya? Apakah memotivasi? Atau justru menyinggung emosi?

Kurang gizi, stunting, otak tidak berkembang, produktivitas rendah, sumber penularan, kasus nol, dll. adalah bahasa “dapur”, bukan bahasa “pasar”, apalagi bagi ibu-ibu yang anaknya mengalami masalah-masalah itu.

Jadi, catatan dari meja 3 (“dapur”) perlu dibungkus/ dipoles/ dimodif menjadi bahasa pasar. Untuk membantu para kader, kita perlu menyediakan contoh-contoh bahasa “pasar” siap pakai bagi kader-kader.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait