Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam Kacamata Warga

Sumber Foto: Youtube Penyakit Tidak Menular Indonesia
Sumber Foto: Youtube Penyakit Tidak Menular Indonesia

Jantung, stroke, kanker, dan penyakit-penyakit PTM lainnya merupakan penyakit pembunuh tingkat atas di negeri ini. Karena itu, warga semestinya paham perilaku-perilaku pencegahnya.

Melalui Kampanye CERDIK, warga dikenalkan pada 6 perilaku sehat mencegah penyakit tidak menular (PTM). CERDIK sendiri merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet Seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.

Nah, apakah pengetahuan warga sudah sebangun dengan gagasan yang dikampanyekan?

Dalam survei UNICEF-Nielsen kwartal 2 tahun 2024, yang mewawancarai 2000 orang di 6 kota besar, yaitu Medan, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar, dijumpai hampir separuh (49%) responden menyebut faktor konsumsi makanan/ minuman sebagai penyebab PTM. Termasuk di dalamnya, makan makanan kurang sehat, kelebihan makanan, makan makanan sampah (junk food), makan yang tidak teratur, banyak minum soft drink, dan lain-lain.

Faktor kedua paling banyak disebut terkait dengan tidur atau istirahat. Sekitar seperempat atau 26% warga di wilayah survei menyebut PTM disebabkan tidur atau istirahat dengan durasi yang kurang pas (kelebihan atau kekurangan).

Dua faktor di atas merupakan faktor PTM dominan dalam benak warga. Faktor lainnya disebut sedikit warga. Contohnya, paparan asap rokok, baik karena merokok aktif maupun pasif, disebut sekitar 8% warga. Sementara, stress, disebut sekitar 6% dari warga di wilayah survei.

Model pertanyaan untuk memahami pengetahuan faktor PTM dirangkai dalam 2 pertanyaan sebagai berikut:

  1. Berapa banyak orang-orang yang dekat Anda, seperti keluarga, kerabat, tetangga, teman, yang pernah sakit jantung, stroke, ginjal, kanker, gula, atau sejenisnya? (Jawaban tunggal: Banyak, Cukup banyak, Sedikit, Tidak ada).
  2. Setahu Anda, umumnya apa yang menjadi penyebab utama mereka mengalami sakit-sakit semacam itu? (Jawaban terbuka dan boleh lebih dari 1 jawaban).

Jawaban dominan lain yang menarik diperhatikan adalah jawaban tidak tahu yang disebut 39% dari warga. Persentase ini cukup besar, bahkan hanya kalah dari faktor makanan/ minuman.

Kelihatannya, gagasan CERDIK belum banyak dikenal warga dan karenanya perlu upaya lanjutan untuk mengenalkannya ke masyarakat luas. Bagaimana upaya yang perlu dilakukan berikutnya?

  • Meninjau kembali tagline?
  • Meninjau strategi komunikasinya?
  • Menguatkan edukasi di sekolah, lalu C2P (child to parent)?
  • Menugaskan kader-kader Posyandu atau kader TPM juga?

Pertanyaan-pertanyaan di atas kelihatannya hanya bisa dijawab setelah diskusi multipihak yang memadai.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia

Artikel Terkait