Edukasi Serangan Penyakit Yang Tak (Mau) Disadari

Sumber Foto: iStockphoto/Michail_Petrov-96
Sumber Foto: iStockphoto/Michail_Petrov-96

Hampir 80% orang yang sakit diabetes tipe 2 tidak tahu dirinya diabetes. Hanya 20% orang diabetes yang menyadari dirinya diabetes. Ini hasil survei di mana orang di-tes darah dan ditanya riyawat penyakitnya.

Makanya, diabetes disebut silent killer (pembunuh senyap). Mematikan tapi tidak terasa.

Diabetes juga disebut sebagai induk para penyakit berbahaya. Dari situlah muncul penyakit seperti jantung, ginjal, stroke, mata, luka tak sembuh-sembuh yang sampai harus amputasi, dan lain-lain.

Berbahaya tapi tidak disadari? Atau mungkin lebih tepat, tidak mau disadari?

Kelihatannya ini gara-gara konsep kita tentang sakit-sehat. Kita memandang diri kita sakit kalau merasa sakit. Kalau tidak merasakan apa-apa, kita sehat.

Konsep ini pula yang bertanggung jawab pada kemalasan orang yang sudah tahu dirinya sakit diabetes tapi tidak sungguh-sungguh mengubah perilaku (makan, olahraga, tidur, stress). Karena tidak terlalu merasa sakit?

Dari sudut pandang edukasi, apa yang bisa dilakukan? Apa mewartakan pemeriksaan kesehatan bagi yang belum tahu? Apakah mengajarkan perilaku tertentu bagi yang sakit diabetes?

Ini dia. Masalah mendasarnya perlu dibongkar dulu, yaitu konsep sakit hanya kalau merasa sakit.

Kira-kira pesan apa yang bisa disampaikan?

Berikut satu opsi pesan edukasi.

Tak ada yang namanya serangan mendadak oleh penyakit-penyakit berbahaya. Penyakit seperti jantung, ginjal, atau stroke tidak menyerang tiba-tiba. Mereka menyerang pelan-pelan dalam waktu lama tapi tidak terasa. Bila dibiarkan, pukulan terakhirnya sungguh fatal akibatnya.

Serangan jantung membuat orang mati. Kalau hidup, mesti pasang ring, minum obat, dan perlu menghindar makanan ini itu seumur hidup.

Serangan stroke membuat orang mati atau lumpuh sebagian tubuh. Kalau hidup, terapi untuk mengembalikan ke kondisi semula memakan waktu lama dan sulit berhasil 100%.

Serangan ginjal membuat orang menderita. Mesti bolak-balik ke rumah sakit, cuci darah berkala, 2-3 kali seminggu. Kalau tidak, orang akan kesakitan dan bahkan mati keracunan.

Dan, yang menderita bukan hanya yang sakit tapi keluarga dan kerabat.

Merusak pelan-pelan tidak terasa, bukan berarti tidak bisa dideteksi. Orang sebetulnya bisa tahu apakah ada serangan yang pelan-pelan sedang berlangsung. Masalahnya tinggal apakah orang mau mengetahuinya atau tidak?


Penulis: Risang Rimbatmaja, Spesialis Perubahan Perilaku, UNICEF Indonesia

Artikel Terkait

Fitur Aksesibilitas