Bebas TBC dan Bebas-Bebas Lainnya

Bebas TBC dan bebas-bebas lainnya

“Dalam waktu dekat kita akan deklarasi Bebas TBC di 2 RW, “ujar bu Kapus dalam sambutannya.

Sebetulnya, bukan hanya TBC yang pakai istilah bebas-bebasan. Ada bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan), bebas rokok, bebas malaria, dll.

Memang bukan hal baru.

Dari sisi keprograman mungkin terlihat menarik. Menunjukkan kerja dan kinerja yang terlihat.

Ibarat babat tanaman hama, kemajuannya terlihat bagian demi bagian.

Masalahnya, pasien TBC bukan tanaman hama. Mereka manusia. Mereka punya hati, perasaan.

Ketika suatu RW dinyatakan belum bebas TBC, warga jadi tahu ada pasien TBC di lingkungannya. Bila ada stigma TBC di lingkungan, sampai pasien dijauhi atau dikucilkan, maka label (belum) bebas TBC justru membuat stigma menjadi lebih kuat.

Bila stigma semakin kuat, berstatus TBC jadi masalah. Lebih baik tidak periksa (sehingga tidak ada hasil pemeriksaan) dari pada hasilnya positif. Lebih baik tidak berobat dari pada ketahuan. Lebih baik tidak dikunjungi dari pada tetangga mengetahui statusnya. Bahkan, lebih baik pindah kontrakan ke kampung baru, yang orang-orang tidak mengenalnya.

Belum lagi bila para pemimpin atau pengurus lingkungan malu dengan status belum bebas TBC. Mungkin ada yang jadi semangat membantu penanganan TBC. Tapi, kemungkinan besar ada pula yang merasa malu dan kesal lalu bertindak merugikan.

Singkatnya, dalam lingkungan berstigma, status bebas TBC berisiko menguatkan stigma di masyarakat. Bukannya membantu, label bebas-bebasan malah bisa mengganggu penanganan TBC.

Dalam lingkungan berstigma, penanganan TBC baiknya bersifat privat alias pribadi. Jangan ekspos status pasien TBC ke masyarakat. Biarkan dia berobat tanpa diketahui siapapun sampai sembuh.

Pilihan kedua, stigma-nya yang diintervensi. Lemahkan atau kurangi pengaruh stigma di masyarakat. Caranya dengan edukasi masyarakat. Bukan dengan label bebas stigma.

Label itu biarlah jadi urusan program saja. Ada di file komputer. Bukan untuk digembor-gemborkan di masyarakat.


Penulis: Risang Rimbatmaja, Forum KAP

Artikel Terkait

Fitur Aksesibilitas