Salah satu cara mencegah penyangkalan atau reaksi emosional seperti marah, tidak terima, atau sedih berlebihan saat menerima kabar kurang bagus adalah membingkai (framing) pesan sebab berada di luar kontrolnya.
Edukator kanker, khususnya dalam pengobatan, acapkali memanfaatkan teknik ini.
Ketimbang berkata: “Ini akibat suka merokok, makan tinggi gula, atau sering berganti pasangan.”
Lebih mudah diterima bila dijelaskan: “Kanker muncul dari banyak faktor yang sulit dipastikan mana penyebab utamanya. Ini terjadi di luar kendali kita.”
Dengan bingkai seperti itu, pasien tak merasa disalahkan sehingga lebih menerima keadaan dan terbuka melanjutkan percakapan.
Apakah cara sama bisa diterapkan pada orang tua anak yang bermasalah gizi, semisal stunting?
“Ibu sih waktu remajanya tidak minum TTD.”;
“Ibu sih tidak kasih ASI Eksklusif.”;
“Ibu kasih makan anaknya kurang bergizi.”
Kalau di atas disampaikan, pastilah Si Ibu emosi. Bahkan, karena sudah dengar “teori-teori” stunting sebelumnya, baru ditunjukkan hasil pengukuran tinggi badan anak saja, yang hasilnya tidak diharapkan, emosi sudah terpicu karena dia merasa disalahkan.
Untuk stunting, bingkai sebab berada di luar kontrol dapat dirumuskan karena memang faktornya tidak selalu bisa dikontrol. Contoh,
Ini tidak selalu disebabkan karena kita kasih makannya kurang, kok. Misalnya, ibu sudah kasih makan anaknya bagus tapi namanya penyakit, datangnya kita tidak bisa tahu, ya? Kalau anak sakit, maka makanan bukannya digunakan untuk pertumbuhan tapi malah untuk melawan penyakit.
Kalau diare, makanan malah keluar, terbuang percuma. Namanya penyakit, datangnya tak diundang, kan ya?
Atau, ibu kasih makan sudah bagus tapi ada cacing di perutnya. Jadi, bukannya untuk pertumbuhan, eh makanannya malah dimakan cacing. Namanya cacing, ga kelihatan.
Mungkin teman-teman yang menyimak tulisan ini bisa merumuskan kalimat yang lebih baik. Intinya, jangan terkesan menyalahkan Si Ibu. Dengan begitu, orang tua tidak emosi.
Penulis: Risang Rimbatmaja dan Basra Amru, Forum KAP