Edukasi KAP Untuk Beragam Perilaku

Sumber Foto: Dokumentasi Tim Forum KAP Surabaya
Sumber Foto: Dokumentasi Tim Forum KAP Surabaya

Dalam pelatihan KAP di Institut Kesehatan YARSI Mataram (13/3/25), seorang peserta bertanya, “Apakah KAP bisa digunakan untuk edukasi berhenti rokok?”

Saat itu, kelas baru menyelesaikan praktik kelas dengan topik imunisasi. Pertanyaan penanya merujuk pada 4 langkah KAP kelompok (pemanasan, bermain belajar, belajar bermain, kunci komitmen).

Pertanyaaan itu menjadi entry point pembahasan ragam perilaku yang ditargetkan, yang menentukan teknik-teknik dalam 4 langkah itu. Ragamnya banyak:

Terkait dengan frekuensi perilaku. Variasinya adalah sebagai berikut.

  • Ada perilaku-perilaku yang sekali selesai, seperti imunisasi, CKG, tes IVA, dll.
  • ⁠Ada perilaku sering jangka panjang: olah raga 30 menit sehari, atau minum TTD, MMS, obat TB dll.
  • ⁠Ada perilaku berulang atau berkala seperti datang ke Prolanis, Posyandu, Kelas Bumil dll.

Terkait dengan kelembaman perilaku atau sejauh mana perilaku mempertahankan diri tak berubah.

  • Ada perilaku-perilaku adiktif, seperti merokok, narkoba, konsumsi gula dan karbo sederhana, dll.
  • ⁠Ada perilaku-perilaku yang dijaga norma, seperti makan, pernikahan anak, merokok, dll.
  • ⁠Ada perilaku-perilaku yang dihindari karena stigma, seperti perilaku terkait masalah TBC.
  • ⁠Ada perilaku-perilaku yang dipandang privat seperti cuci tangan pakai sabun, imunisasi, dll.

Terkait tingkat kesulitan atau sumber daya untuk menguasai perilaku.

  • Ada perilaku mudah dilakukan seperti masak air, minum obat, dll. (catatan: semua sudah ada)
  • ⁠Ada perilaku yang perlu waktu, usaha, dan dana, seperti masak MP ASI yang bervariasi.

Terkait tahap dalam proses perubahan perilaku.

  • Mengajak makan sehat pada orang yang datang ke klinik konsultasi gizi berbeda dengan orang yang tidak peduli atau sensitif terhadap pesan yang menganjurkan orang mengatur makanannya.

Keragaman perilaku target di atas mempengaruhi teknik yang digunakan dalam KAP. Sebagai contoh:

Untuk MMS (Multi Micronutrient Supplement), perilaku sering jangka panjang, edukator kesehatan menggunakan teknik membangun kebiasaan (habit) di langkah 3 atau 4. Tujuannya agar bumil minum MMS setiap hari otomatis tanpa tergantung pada ada atau tidaknya motivasi.

Untuk perilaku-perilaku yang terkait TBC, penyakit dipengaruhi stigma, edukator kesehatan menggunakan cara yang tidak langsung dan kadang implisit agar stigma tidak terpicu dan dia dapat memperkenalkan pemahaman baru tentang TBC.

Singkatnya, perilaku berbeda membutuhkan teknik berbeda, yang dapat diambil dari berbagai sumber teori perubahan perilaku. Ada yang dari teori-teori dari dunia barat, pelajaran agama, kumpulan pengalaman nakes dan kader, praktik budaya, dll.

Terkait sumber teori, KAP tak fanatik pada sumber teori tertentu walau memang sangat mengutamakan sumber keseharian, yang sifatnya religio-sosio-kultural. Di sini, KAP masih banyak PR-nya. Makanya, para pelatih KAP perlu berkumpul lagi nih untuk membahas, mengompilasi, dan menyusun yang baru. Yuuk!!


Penulis: Risang Rimbatmaja, Forum KAP

Artikel Terkait

Fitur Aksesibilitas